Halaman

    Social Items

Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri information-bahasa-jepang-di-kantor. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri information-bahasa-jepang-di-kantor. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan
Alkisah, sepasang muda-mudi berkewarganegaraan Inggris pernah mencoba peruntungan mereka di industri animasi Jepang. Perencanannya gotong royong cukup simpel: dapatkan visa, jalan-jalan dulu, dan segera dapatkan pekerjaan sebelum animo hambar membunuhmu. Setelah 4 bulan lamanya berkelana di negeri Sakura itu, hasilnya mereka mempunyai pekerjaan tetap di sebuah perusahaan animasi di Tokyo.


Berikut ini yakni beberapa tips yang mereka bagikan untuk kita yang ingin mengikuti jejak mereka.

-------------------------------------------------------------------------------------

Persyaratan utama:
  • Bersedia bekerja dengan jam kerja lebih usang dan mendapatkan risiko/potensi pemotongan honor yang besar. Upah pekerjaan animasi di Jepang relatif rendah dan jam kerja standar adalah, setidaknya, hingga jam 7 malam. 
  • Belajar bahasa Jepang. (note: minimal hingga level N2) Kebanyakan perusahaan ingin kita sendiri yang aktif belajar, walaupun mereka punya karyawan khusus untuk translasi. Panduan untuk bahasa Jepang yang akan sering kalian dengar di kantor-kantor perusahaan animasi, bisa ditemukan di sini.
  • Siapkan teladan karya jadi animasi untuk menunjukkan keterampilan terbaik kalian. Durasinya sekitar 1 menit, dan akan lebih baik untuk mempersiapkan beberapa karya untuk lebih menunjukkan keterampilan kalian yang bermacam-macam di banyak sekali sisi.
  • Curriculum Vitae berukuran A4, dengan template layaknya CV untuk melamar pekerjaan. Pastikan dibentuk sesimpel mungkin dalam 1 halaman. Mungkin kalian tidak akan bisa sekreatif yang kalian bayangkan ketika membuatnya, namun bersyukurlah alasannya kebanyakan perusahaan animasi Jepang tidak mengharuskan kita menciptakan website Kedutaan Besar Jepang di Indonesia.

Step 2: Menabunglah dan Datang ke Jepang

  • Lebih spesifiknya, datanglah ke Tokyo kalau kita ingin melamar pekerjaan secepat mungkin.
  • Direkomendasikan untuk membawa sejumlah uang dan menyediakan waktu, setidaknya untuk satu bulan, dan berpetualang dengan tujuan beradaptasi dan melatih bahasa Jepang sehari-hari. 
  • Banyak laba bisa didapatkan dengan kita berada di Jepang daripada di negara asal kita, ketika melamar pekerjaan. Pertama, kita akan dianggap berdedikasi tinggi oleh calon bos kita. Kita juga bisa untuk menjalani interview, mengerjakan tes animasi, dan sanggup mengambil pekerjaan paruh waktu dalam jangka pendek, yang seringkali berujung pada pekerjaan full-time. 
  • Sangat direkomendasikan untuk membawa laptop (dan segala perlengkapan animator) untuk menjalankan software tertentu, kalau-kalau kita diminta untuk melaksanakan remote test. Dalam kasus yang pernah dijalani oleh mereka, mereka berhasil menuntaskan tes animasi berbasis poligon yang menciptakan mereka diterima bekerja di sebuah perusahaan animasi.


Step 3: Mendaftar di Perusahaan yang Tepat 

Berikut yakni beberapa rekomendasi mereka, terkait dengan perusahaan apa saja yang bisa dikatakan 'ramah' terhadap orang asing, dan bisa diprioritaskan pada ketika pencarian kerja kita di Jepang:
  • Polygon Pictures – Studio animasi besar. Memiliki karyawan translator.
  • OLMStudio animasi besar. Para manajer sering berbahasa Inggris.
  • RTT Asia – Bagian dari jaringan bisnis yang besar. Memiliki karyawan translator.
  • Marza – Studio animasi kelas menengah-besar. Memiliki karyawan translator.
  • Konami – Studio animasi besar. Proses aplikasi pekerjaan yang paling gampang dimengerti orang asing.
  • Alternatif lainnya adalah Aoki Studio yang lebih kecil, namun dijalankan oleh non-Jepang, jadi semua komunikasinya dalam bahasa Inggris. 
  • Jika kalian pede dengan kemampuan bahasa Jepang kalian, mungkin Digital Frontier bisa menjadi pilihan.
Mendaftarlah dengan bahasa Inggris kalau bahasa Jepang kita kurang bagus. Jangan minta dibuatkan dalam bahasa Jepang oleh teman, alasannya akan mengakibatkan distorsi impresi. Ketika mendaftar, tekankan dengan sangat bahwa kalian sudah berada di Jepang, sudah punya visa kerja, dan sedang berguru bahasa Jepang. Pastikan bahwa mereka tahu bahwa kalau disuruh kerja besok pagi pun, kalian bisa. 

Mengapa? Karena mungkin saja kalian akan pribadi disuruh kerja besok paginya beneran! (note: employee turnover di industri animasi Jepang termasuk tinggi, akhir tingkat stress yang terlalu besar seringkali tidak sebanding dengan bayaran)

Final Step:


Catatan ini bukan menjadi sebuah surat garansi bahwa kita akan mendapatkan pekerjaan. Namun, berada di Jepang yakni kunci penting yang harus dilakukan pada awalnya. Masyarakat Jepang sangat rendah hati dan sangat percaya bahwa bisnis harus dilakukan/dibicarakan dengan bertatap muka. Jadi, dengan menyatakan diri sudah berada di Jepang dan siap untuk interview sewaktu-waktu, yakni kuncinya.

Jika semuanya tidak berjalan sesuai rencana, pastikan untuk segera mengubah mindset kita di Jepang untuk jalan-jalan dan mencari pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan animasi, menyerupai menjadi guru bahasa Inggris, sembari terus berusaha meyakinkan para perusahaan animasi.

Sekalipun kita gagal menjadi animator di Jepang, setidaknya kita mendapatkan pengalaman berharga yang tidak akan bisa didapatkan sembarang orang yang tidak pernah bermimpi menyerupai kita.

FAQ mengenai industri animasi 3D di Jepang, dapat dilihat di sini.

(source: http://getwrightonit.com/how-to-get-an-animation-job-in-japan/)

[Information] Bagaimana Cara Mendapat Pekerjaan Animasi 3D Di Jepang



Menindaklanjuti postingan sebelumnya, kali ini saya akan menulis ulang beberapa pertanyaan yang umum diajukan oleh banyak calon animator kepada pasangan muda-mudi Inggris tersebut.
-------------------------------------------------------------------------------------
1.     Seberapa besar honor para animator, dan seberapa besar upah yang pantas?


Gaji animator 3D di Jepang biasanya lebih rendah daripada negara-negara Barat, sementara biaya hidup di Tokyo terbilang tinggi. Gaji bulanan untuk kelas junior/mid-3D artist bisa mencapai 250.000 Yen =Rp 25.800.000, dan sudah cukup untuk hidup sederhana di Tokyo. Namun, kalau kalian memang berbakat dan bisa perundingan honor dengan gigih, ada kemungkinan bisa naik gaji.

2.     Seperti apa jam kerjanya?

 
Jam kerjanya bisa sangat panjang, namun bukan berarti ini hal yang unik di Jepang, khususnya di industri animasi. Biasanya harus bekerja hingga tengah malam dan harus kerja di selesai pekan juga.  Tidak ada honor lembur, dan bahkan kita harus berani tawar-menawar untuk sanggup kompensasi alasannya yaitu bekerja di selesai pekan. Walaupun demikian, sebagai orang asing, kita akan mendapat beban kerja yang relative ringan daripada orang Jepang yang biasanya selalu konsisten kerja keras hingga jam 1 dini hari (jadwal kereta terakhir) tiap harinya.

3.     Apakah butuh semacam akta kelulusan / gelar pendidikan untuk bisa melamar kerja di Jepang?
Sebuah gelar pendidikan akan sangat membantu, namun bukan keharusan mutlak bagi para pemegang Working Holiday Visa (WHV). Dan, jikalau karya-karya kita sudah cukup manis untuk standar mereka, maka hanya perlu itu saja. Namun, jikalau kita berada di negara yang tidak ada jadwal WHV di kedutaan besarnya, melamar pekerjaan tanpa gelar pendidikan akan jadi sangat sulit.

4.     Bisakah saya bekerja dengan memakai visa pelajar?
Kita bisa bekerja part time memakai visa pelajar. Namun perusahaan animasi biasanya akan menempatkan kita sebagai internships yang tak dibayar, menciptakan kita jadi tidak punya waktu dan uang pada akhirnya.

5.     Apakah saya harus bisa Bahasa Jepang untuk melamar pekerjaan?
Tidak perlu Bahasa Jepang yang manis untuk perusahaan yang telah direkomendasikan di postingan sebelumnya. Namun, penguasaan Bahasa Jepang akan membuka banyak kesempatan.

6.     Apakah saya sanggup melamar pekerjaan di industry animasi 2D atau komik Jepang?


Bisa dikatakan akan sangat sulit, dikarenakan kompetisi tenaga kerja yang ketat. Terkadang ada pekerjaan-pekerjaan yang diperuntukkan untuk 6 hari kerja saja, dan bayarannya bisa dikatakan tidak manusiawi dan jauh dibawah standar hokum tenaga kerja. Sangat direkomendasikan untuk melaksanakan riset pekerjaan sebelum melangkah di karir animasi 2D atau komik.

7.     Apakah saya bisa sanggup pekerjaan di luar Tokyo?
Hanya sedikit perusahaan animasi berlokasi di luar Tokyo, dan kebanyakan dari mereka menginginkan kita untuk punya kemampuan berbahasa Jepang yang cukup bagus. Ada satu perusahaan yang cukup menarik di Fukuoka berjulukan Mont Blanc Pictures. Contoh lainnya yaitu Nintendo yang berbasis di Kyoto, dan Digital Media Lab yang punya kantor di Osaka.

8.     Apakah hal teraneh/terunik yang bisa ditemukan di pekerjaan semacam ini di Jepang?


Salah satu hal yang mungkin akan mengagetkan yaitu bahwa sudah lumrah bagi orang-orang untuk tidur di meja kerja mereka! Ironisnya, mereka tiba kembali ke kantor dengan sangat lelah, mereka tidur lagi di kantor selama 2-3 jam, dan akibatnya mereka harus lembur lagi untuk mengejar ketertinggalannya. Sungguh bundar setan yang entah kapan bisa diputus.

(source: http://getwrightonit.com/japanese-for-animators-and-3d-artists/)

[Information] Faq – Industri Animasi 3D Jepang

Pada postingan kali ini, kita akan melihat kepada pengalaman seorang berjulukan Justin Leach, dimana pada tahun 2002 yang kemudian ia meninggalkan Amerika untuk mencoba pengalaman bekerja di sebuah perusahaan animasi Jepang. Ia berhasil mendapat posisi di Production I.G. yang cukup populer kini ini, dan kita akan bantu-membantu menyaksikan ulasannya wacana perbandingan antara dunia kerja Jepang dan Amerika yang nampaknya menyerupai namun benar-benar berbeda pada kenyataannya.

Justin Leach
Selamat membaca! ^_^
***************************************

Sekitar setahun yang lalu, saya sangat beruntung sebab mendapat kesempatan bekerja di Production I.G., studio yang populer sebab menghasilkan animasi berjudul Ghost in the Shell. Kebetulan juga, sebab Production I.G. tidak pernah memperkerjakan orang absurd sebelumnya, jadi saya pikir kami saling tidak tahu apa yang harus diharapkan dari satu sama lain.

Animasi Jepang selalu membuatku ingin tau dan menginspirasiku, dan saya ingin untuk mendalami prosesnya secara pribadi dengan pindah ke Jepang. Tujuan dari artikel ini yakni untuk menawarkan sebuah citra bagaimana sih rasanya bekerja di salah satu perusahaan animasi terkemuka kepada mereka yang tertarik pada animasi Jepang.

Meskipun dunia animasi Amerika dan Jepang mempunyai kesamaan, pada dasarnya kedua dunia ini tidak jauh berbeda. Beberapa perbedaan penting antara dunia animasi Jepang dan Barat, pada dasarnya terletak pada lingkungan kerja di dalam studionya, tipikal hari-hari kerjanya, dan kondisi perekonomian animasi di Jepang.


Tempat Parkir di Production I.G.
Tipikal meja kerja animator di Production I.G.
Lingkungan Kerja
Ketika saya bercerita pada teman-temanku bahwa saya selalu bersinggungan siku dengan salah satu animation director terkenal Jepang menyerupai Mamoru Oshii, saya tidak bercanda. Karena terbatasnya ruang yang ada, kebanyakan karyawan harus beradaptasi sebisa mereka. 
Production I.G. dibagi menjadi 4 bangunan studio yang berbeda tersebar di penjuru kota dengan karyawan sekitar 200 orang. ING Studio (dimana saya bekerja) mengerjakan proyek-proyek animasi untuk stasiun televisi, video games, direct-to-video dan film untuk bioskop. 
Bangunan ING Studio sendiri mempunyai 4 tingkat, dimana masing-masing tingkat mempunyai 2 ruangan kecil. Aku sendiri mempunyai ruang dan meja kerja yang amat kecil dan kadangkala kalau saya mendorong kursiku ke belakang terlalu jauh, saya niscaya akan bertumbukan dengan rekanku yang bekerja di belakangku. Bisa dibilang daerah ini menyerupai bekerja di sebuah garasi kendaraan beroda empat yang sempit.
Kabel internet tergeletak dimana-mana, lampu neon putih yang berdengung, karyawan merokok di dalam kantor, dan barang-barang yang selalu coba diselempitkan ke semua sudut yang mungkin masih bisa diisi. Kadangkala ketika saya sedang berbicara di telepon, rekanku yang ada di belakangku harus merangkak di bawah kabel telepon semoga bisa keluar ruangan. Ini sangat bertolak belakang dengan studio-studio film besar di Amerika. Dari waktu ke waktu, saya merindukan daerah kerjaku di Amerika dimana saya masih bisa menerawang jauh ke langit atas Manhattan dari jendela kerjaku dan melengos, "Enaknya waktu-waktu itu..."
Contoh ruang kerja yang penuh sesak, dan pola meja kerja animation director
Pada siang hari, bekerja di studio animasi Jepang biasanya sangat sepi dan bahkan hanya terdengar bunyi kipas komputer saja. Kesunyian di studio ini membuatku merasa bahwa saya harus terus berbisik ketika melaksanakan percakapan di telepon. Pada ketika makan siang, banyak karyawan mengeluarkan bekal masakan mereka dan makan tanpa bersuara di masing-masing meja kerjanya.
Satu persamaan yang sangat mencolok bisa ditemukan di meja kerja para animator. Barisan mainan yang belum dibuka dari boksnya, merchandise Star Wars, poster-poster anime dan film, tumpukan DVD, dan fotokopian buku "Timing For Animation" edisi ke-12 bisa kalian lihat. Suatu ketika saya pernah melihat fotokopian dari catatan-catatan yang dibentuk 'sang master animasi' Hayao Miyazaki, wacana bagaimana menciptakan animasi.
Faktanya, Jepang tetap merupakan nirwana bagi para animator. Jepang yakni salah satu dari sangat sedikit daerah di muka bumi ini, dimana dirimu akan tetap diterima di masyarakat meskipun kamu terus bermain dan mengoleksi mainan dan membaca komik sepanjang hidupmu.
Hari-Hari Kerja
Setiap pagi sekitar jam 10:00 pagi, saya mengendarai sepedaku (sekitar 10 menit) dari apartemen mungilku ke studio mungilku juga. Walaupun pada umumnya jam kerja di studio dimulai pukul 10:30 pagi, kebanyakan kreator level senior gres masuk kerja antara pukul 1 hingga 4 siang dan bekerja lembur hingga subuh.
Ada semacam semangat yang lugas di studio ini, sebab pekerjaan selalu saja ada dan terus menumpuk di meja kerjamu entah darimana datangnya. Hari kerjanya yakni dari Senin hingga Jumat dan setiap hari Sabtu dua ahad sekalinya kita harus masuk kerja. Sama dengan di Amerika, kebanyakan karyawan di sini sangat berdedikasi pada pekerjaannya dan seringkali orang-orang akan bekerja 12-14 jam per hari, dan seringkali ketiduran di meja kerjanya.
Proses Produksi Animasi
Ruang kerja animation director di Production I.G
Sama halnya dengan di Barat, sekali sebuah konsep telah ditetapkan, segeralah dimulai riset besar-besaran. Pada waktu ini, sang director dan staff kreatif pada dasarnya bekerja sama untuk menentukan citra dan gaya penceritaan untuk filmnya. Setelah itu, para staf tersebut berkeliling dunia mengumpulkan foto-foto tumpuan dan warta terkait dengan ceritanya. Setelah kembali dari perjalanan riset, director akan menuntaskan skrip dan menciptakan storyboard (=ekonte dalam bahasa Jepang) untuk keseluruhan film (biasanya memerlukan waktu sebulan penuh).
Setelah semua storyboard selesai dibuat, sang director akan menambahkan beberapa catatan, dan memperkirakan jumlah frame per shot (fps) yang diperlukan. Mulai titik ini, sang director sanggup menentukan untuk membuatnya dalam animasi sederhana, namun itu tidak dipandang sebagai hal penting pada masa produksi. Pada masa inilah para desainer karakter, mekanik, senjata, dan layout mulai bekerja dengan mengacu pada hasil riset dan input dari sang director. Selanjutnya, desain final yang sudah disetujui diserahkan kepada para staf animasi 2D dan 3D, dan dimulailah proses produksi inti.
Setelah animasi untuk beberapa shots disetujui, kemudian prosesnya berlanjut ke tahap digital inking & painting. Setelah pewarnaan sudah ditambahkan, shots tersebut akan harus menjalani banyak sekali perbaikan dan penyesuaian. Setelah animasi final telah disetujui, selanjutnya menuju ke tahap post-production dimana musik, sound effect, dan rekaman bunyi ditambahkan ke dalam filmnya. 

Di Jepang, penghargaan tinggi diberikan kepada sang director yang mempunyai efek besar di semua dan setiap pengambilan keputusan kreatif finalnya.

Produksi Komputer Grafis (CG) di Jepang

Di Jepang, produksi animasi yang memakai komputer biasanya di serahkan kepada tim CG creators yang pada umumnya bertanggung jawab di semua aspek pengambilan gambar dari awal hingga akhir. Sebagai tambahan, software yang sudah disediakan semenjak awal biasanya digunakan, dan dilengkapi dengan paket software menyerupai Lightwave dan 3D Studio Max. 

Jika kebanyakan studio animasi di Barat membagi kiprah di antara para tim seorang mahir ini dengan model berjejer garis lini, Jepang biasanya punya banyak orang yang ditugaskan untuk banyak tipe pekerjaan yang berbeda (baca: seorang mahir yang generalis). Misalnya, walaupun saya aslinya yakni technical animator di Production I.G., saya telah mengerjakan banyak tipe pekerjaan yang jauh berbeda dari aslinya. Misalnya, mengedit animasi, mendesain webpage, membantu proyek internasional, dan dokumentasi potongan produksi. Aku pikir alasan dari generalisasi pekerjaan ini yakni hasil dari keharusan bekerja di bawah tekanan kebijakan budget yang sangat ketat.
Jejeran meja kerja para animator di Production I.G.
Kondisi Perekonomian Animasi di Jepang
Mungkin salah satu pembeda yang paling kentara yang bisa kusadari antara Jepang dan Amerika adalah, bahwa industri animasi Jepang terutama yang berbasis/format bioskop/movie tidak bergelimang dengan uang; miskin kapital.

Budget untuk film animasi jenis itu dimana-mana sekitar minimal US$1 Juta hingga US15 Juta paling tinggi. Jauh berbeda dengan Amerika, dimana investasi per film animasinya bisa mencapai 10-20 kali lipat Jepang ini. Budget yang rendah ini juga tercermin pada honor para karyawan animasinya. Pada dasarnya, para animator di Jepang mendapat penghasilan sekitar $15.000 - 20.000 per tahunnya.

Pengalaman hidup di Jepang dan bekerja di Production I.G. telah menjadi salah satu petualangan terhebat di hidupku. Aku sangat terinspirasi dengan semangat dan passion para kreator di Production I.G. dan mengagumi keberanian dan kegigihan mereka dalam mengambil risiko kreatif serta berani untuk mengubah persepsi kita semua wacana dunia animasi. Budaya Jepang telah mengajariku satu hal penting: Animasi bukan hanya untuk anak-anak. Entah itu 2D, 3D atau stop-motion, animasi hanyalah salah satu dari sekian banyak media penceritaan untuk bisa menggerakkan hati dan jiwa para penikmat cerita tersebut.

[Information] Menyidik Ke Dalam Production I.G (2012)