Halaman

    Social Items

Visit Namina Blog
Pada postingan kali ini, kita akan melihat kepada pengalaman seorang berjulukan Justin Leach, dimana pada tahun 2002 yang kemudian ia meninggalkan Amerika untuk mencoba pengalaman bekerja di sebuah perusahaan animasi Jepang. Ia berhasil mendapat posisi di Production I.G. yang cukup populer kini ini, dan kita akan bantu-membantu menyaksikan ulasannya wacana perbandingan antara dunia kerja Jepang dan Amerika yang nampaknya menyerupai namun benar-benar berbeda pada kenyataannya.

Justin Leach
Selamat membaca! ^_^
***************************************

Sekitar setahun yang lalu, saya sangat beruntung sebab mendapat kesempatan bekerja di Production I.G., studio yang populer sebab menghasilkan animasi berjudul Ghost in the Shell. Kebetulan juga, sebab Production I.G. tidak pernah memperkerjakan orang absurd sebelumnya, jadi saya pikir kami saling tidak tahu apa yang harus diharapkan dari satu sama lain.

Animasi Jepang selalu membuatku ingin tau dan menginspirasiku, dan saya ingin untuk mendalami prosesnya secara pribadi dengan pindah ke Jepang. Tujuan dari artikel ini yakni untuk menawarkan sebuah citra bagaimana sih rasanya bekerja di salah satu perusahaan animasi terkemuka kepada mereka yang tertarik pada animasi Jepang.

Meskipun dunia animasi Amerika dan Jepang mempunyai kesamaan, pada dasarnya kedua dunia ini tidak jauh berbeda. Beberapa perbedaan penting antara dunia animasi Jepang dan Barat, pada dasarnya terletak pada lingkungan kerja di dalam studionya, tipikal hari-hari kerjanya, dan kondisi perekonomian animasi di Jepang.


Tempat Parkir di Production I.G.
Tipikal meja kerja animator di Production I.G.
Lingkungan Kerja
Ketika saya bercerita pada teman-temanku bahwa saya selalu bersinggungan siku dengan salah satu animation director terkenal Jepang menyerupai Mamoru Oshii, saya tidak bercanda. Karena terbatasnya ruang yang ada, kebanyakan karyawan harus beradaptasi sebisa mereka. 
Production I.G. dibagi menjadi 4 bangunan studio yang berbeda tersebar di penjuru kota dengan karyawan sekitar 200 orang. ING Studio (dimana saya bekerja) mengerjakan proyek-proyek animasi untuk stasiun televisi, video games, direct-to-video dan film untuk bioskop. 
Bangunan ING Studio sendiri mempunyai 4 tingkat, dimana masing-masing tingkat mempunyai 2 ruangan kecil. Aku sendiri mempunyai ruang dan meja kerja yang amat kecil dan kadangkala kalau saya mendorong kursiku ke belakang terlalu jauh, saya niscaya akan bertumbukan dengan rekanku yang bekerja di belakangku. Bisa dibilang daerah ini menyerupai bekerja di sebuah garasi kendaraan beroda empat yang sempit.
Kabel internet tergeletak dimana-mana, lampu neon putih yang berdengung, karyawan merokok di dalam kantor, dan barang-barang yang selalu coba diselempitkan ke semua sudut yang mungkin masih bisa diisi. Kadangkala ketika saya sedang berbicara di telepon, rekanku yang ada di belakangku harus merangkak di bawah kabel telepon semoga bisa keluar ruangan. Ini sangat bertolak belakang dengan studio-studio film besar di Amerika. Dari waktu ke waktu, saya merindukan daerah kerjaku di Amerika dimana saya masih bisa menerawang jauh ke langit atas Manhattan dari jendela kerjaku dan melengos, "Enaknya waktu-waktu itu..."
Contoh ruang kerja yang penuh sesak, dan pola meja kerja animation director
Pada siang hari, bekerja di studio animasi Jepang biasanya sangat sepi dan bahkan hanya terdengar bunyi kipas komputer saja. Kesunyian di studio ini membuatku merasa bahwa saya harus terus berbisik ketika melaksanakan percakapan di telepon. Pada ketika makan siang, banyak karyawan mengeluarkan bekal masakan mereka dan makan tanpa bersuara di masing-masing meja kerjanya.
Satu persamaan yang sangat mencolok bisa ditemukan di meja kerja para animator. Barisan mainan yang belum dibuka dari boksnya, merchandise Star Wars, poster-poster anime dan film, tumpukan DVD, dan fotokopian buku "Timing For Animation" edisi ke-12 bisa kalian lihat. Suatu ketika saya pernah melihat fotokopian dari catatan-catatan yang dibentuk 'sang master animasi' Hayao Miyazaki, wacana bagaimana menciptakan animasi.
Faktanya, Jepang tetap merupakan nirwana bagi para animator. Jepang yakni salah satu dari sangat sedikit daerah di muka bumi ini, dimana dirimu akan tetap diterima di masyarakat meskipun kamu terus bermain dan mengoleksi mainan dan membaca komik sepanjang hidupmu.
Hari-Hari Kerja
Setiap pagi sekitar jam 10:00 pagi, saya mengendarai sepedaku (sekitar 10 menit) dari apartemen mungilku ke studio mungilku juga. Walaupun pada umumnya jam kerja di studio dimulai pukul 10:30 pagi, kebanyakan kreator level senior gres masuk kerja antara pukul 1 hingga 4 siang dan bekerja lembur hingga subuh.
Ada semacam semangat yang lugas di studio ini, sebab pekerjaan selalu saja ada dan terus menumpuk di meja kerjamu entah darimana datangnya. Hari kerjanya yakni dari Senin hingga Jumat dan setiap hari Sabtu dua ahad sekalinya kita harus masuk kerja. Sama dengan di Amerika, kebanyakan karyawan di sini sangat berdedikasi pada pekerjaannya dan seringkali orang-orang akan bekerja 12-14 jam per hari, dan seringkali ketiduran di meja kerjanya.
Proses Produksi Animasi
Ruang kerja animation director di Production I.G
Sama halnya dengan di Barat, sekali sebuah konsep telah ditetapkan, segeralah dimulai riset besar-besaran. Pada waktu ini, sang director dan staff kreatif pada dasarnya bekerja sama untuk menentukan citra dan gaya penceritaan untuk filmnya. Setelah itu, para staf tersebut berkeliling dunia mengumpulkan foto-foto tumpuan dan warta terkait dengan ceritanya. Setelah kembali dari perjalanan riset, director akan menuntaskan skrip dan menciptakan storyboard (=ekonte dalam bahasa Jepang) untuk keseluruhan film (biasanya memerlukan waktu sebulan penuh).
Setelah semua storyboard selesai dibuat, sang director akan menambahkan beberapa catatan, dan memperkirakan jumlah frame per shot (fps) yang diperlukan. Mulai titik ini, sang director sanggup menentukan untuk membuatnya dalam animasi sederhana, namun itu tidak dipandang sebagai hal penting pada masa produksi. Pada masa inilah para desainer karakter, mekanik, senjata, dan layout mulai bekerja dengan mengacu pada hasil riset dan input dari sang director. Selanjutnya, desain final yang sudah disetujui diserahkan kepada para staf animasi 2D dan 3D, dan dimulailah proses produksi inti.
Setelah animasi untuk beberapa shots disetujui, kemudian prosesnya berlanjut ke tahap digital inking & painting. Setelah pewarnaan sudah ditambahkan, shots tersebut akan harus menjalani banyak sekali perbaikan dan penyesuaian. Setelah animasi final telah disetujui, selanjutnya menuju ke tahap post-production dimana musik, sound effect, dan rekaman bunyi ditambahkan ke dalam filmnya. 

Di Jepang, penghargaan tinggi diberikan kepada sang director yang mempunyai efek besar di semua dan setiap pengambilan keputusan kreatif finalnya.

Produksi Komputer Grafis (CG) di Jepang

Di Jepang, produksi animasi yang memakai komputer biasanya di serahkan kepada tim CG creators yang pada umumnya bertanggung jawab di semua aspek pengambilan gambar dari awal hingga akhir. Sebagai tambahan, software yang sudah disediakan semenjak awal biasanya digunakan, dan dilengkapi dengan paket software menyerupai Lightwave dan 3D Studio Max. 

Jika kebanyakan studio animasi di Barat membagi kiprah di antara para tim seorang mahir ini dengan model berjejer garis lini, Jepang biasanya punya banyak orang yang ditugaskan untuk banyak tipe pekerjaan yang berbeda (baca: seorang mahir yang generalis). Misalnya, walaupun saya aslinya yakni technical animator di Production I.G., saya telah mengerjakan banyak tipe pekerjaan yang jauh berbeda dari aslinya. Misalnya, mengedit animasi, mendesain webpage, membantu proyek internasional, dan dokumentasi potongan produksi. Aku pikir alasan dari generalisasi pekerjaan ini yakni hasil dari keharusan bekerja di bawah tekanan kebijakan budget yang sangat ketat.
Jejeran meja kerja para animator di Production I.G.
Kondisi Perekonomian Animasi di Jepang
Mungkin salah satu pembeda yang paling kentara yang bisa kusadari antara Jepang dan Amerika adalah, bahwa industri animasi Jepang terutama yang berbasis/format bioskop/movie tidak bergelimang dengan uang; miskin kapital.

Budget untuk film animasi jenis itu dimana-mana sekitar minimal US$1 Juta hingga US15 Juta paling tinggi. Jauh berbeda dengan Amerika, dimana investasi per film animasinya bisa mencapai 10-20 kali lipat Jepang ini. Budget yang rendah ini juga tercermin pada honor para karyawan animasinya. Pada dasarnya, para animator di Jepang mendapat penghasilan sekitar $15.000 - 20.000 per tahunnya.

Pengalaman hidup di Jepang dan bekerja di Production I.G. telah menjadi salah satu petualangan terhebat di hidupku. Aku sangat terinspirasi dengan semangat dan passion para kreator di Production I.G. dan mengagumi keberanian dan kegigihan mereka dalam mengambil risiko kreatif serta berani untuk mengubah persepsi kita semua wacana dunia animasi. Budaya Jepang telah mengajariku satu hal penting: Animasi bukan hanya untuk anak-anak. Entah itu 2D, 3D atau stop-motion, animasi hanyalah salah satu dari sekian banyak media penceritaan untuk bisa menggerakkan hati dan jiwa para penikmat cerita tersebut.

[Information] Menyidik Ke Dalam Production I.G (2012)

JFANindo game | manga | tokusatsu | musik
Pada postingan kali ini, kita akan melihat kepada pengalaman seorang berjulukan Justin Leach, dimana pada tahun 2002 yang kemudian ia meninggalkan Amerika untuk mencoba pengalaman bekerja di sebuah perusahaan animasi Jepang. Ia berhasil mendapat posisi di Production I.G. yang cukup populer kini ini, dan kita akan bantu-membantu menyaksikan ulasannya wacana perbandingan antara dunia kerja Jepang dan Amerika yang nampaknya menyerupai namun benar-benar berbeda pada kenyataannya.

Justin Leach
Selamat membaca! ^_^
***************************************

Sekitar setahun yang lalu, saya sangat beruntung sebab mendapat kesempatan bekerja di Production I.G., studio yang populer sebab menghasilkan animasi berjudul Ghost in the Shell. Kebetulan juga, sebab Production I.G. tidak pernah memperkerjakan orang absurd sebelumnya, jadi saya pikir kami saling tidak tahu apa yang harus diharapkan dari satu sama lain.

Animasi Jepang selalu membuatku ingin tau dan menginspirasiku, dan saya ingin untuk mendalami prosesnya secara pribadi dengan pindah ke Jepang. Tujuan dari artikel ini yakni untuk menawarkan sebuah citra bagaimana sih rasanya bekerja di salah satu perusahaan animasi terkemuka kepada mereka yang tertarik pada animasi Jepang.

Meskipun dunia animasi Amerika dan Jepang mempunyai kesamaan, pada dasarnya kedua dunia ini tidak jauh berbeda. Beberapa perbedaan penting antara dunia animasi Jepang dan Barat, pada dasarnya terletak pada lingkungan kerja di dalam studionya, tipikal hari-hari kerjanya, dan kondisi perekonomian animasi di Jepang.


Tempat Parkir di Production I.G.
Tipikal meja kerja animator di Production I.G.
Lingkungan Kerja
Ketika saya bercerita pada teman-temanku bahwa saya selalu bersinggungan siku dengan salah satu animation director terkenal Jepang menyerupai Mamoru Oshii, saya tidak bercanda. Karena terbatasnya ruang yang ada, kebanyakan karyawan harus beradaptasi sebisa mereka. 
Production I.G. dibagi menjadi 4 bangunan studio yang berbeda tersebar di penjuru kota dengan karyawan sekitar 200 orang. ING Studio (dimana saya bekerja) mengerjakan proyek-proyek animasi untuk stasiun televisi, video games, direct-to-video dan film untuk bioskop. 
Bangunan ING Studio sendiri mempunyai 4 tingkat, dimana masing-masing tingkat mempunyai 2 ruangan kecil. Aku sendiri mempunyai ruang dan meja kerja yang amat kecil dan kadangkala kalau saya mendorong kursiku ke belakang terlalu jauh, saya niscaya akan bertumbukan dengan rekanku yang bekerja di belakangku. Bisa dibilang daerah ini menyerupai bekerja di sebuah garasi kendaraan beroda empat yang sempit.
Kabel internet tergeletak dimana-mana, lampu neon putih yang berdengung, karyawan merokok di dalam kantor, dan barang-barang yang selalu coba diselempitkan ke semua sudut yang mungkin masih bisa diisi. Kadangkala ketika saya sedang berbicara di telepon, rekanku yang ada di belakangku harus merangkak di bawah kabel telepon semoga bisa keluar ruangan. Ini sangat bertolak belakang dengan studio-studio film besar di Amerika. Dari waktu ke waktu, saya merindukan daerah kerjaku di Amerika dimana saya masih bisa menerawang jauh ke langit atas Manhattan dari jendela kerjaku dan melengos, "Enaknya waktu-waktu itu..."
Contoh ruang kerja yang penuh sesak, dan pola meja kerja animation director
Pada siang hari, bekerja di studio animasi Jepang biasanya sangat sepi dan bahkan hanya terdengar bunyi kipas komputer saja. Kesunyian di studio ini membuatku merasa bahwa saya harus terus berbisik ketika melaksanakan percakapan di telepon. Pada ketika makan siang, banyak karyawan mengeluarkan bekal masakan mereka dan makan tanpa bersuara di masing-masing meja kerjanya.
Satu persamaan yang sangat mencolok bisa ditemukan di meja kerja para animator. Barisan mainan yang belum dibuka dari boksnya, merchandise Star Wars, poster-poster anime dan film, tumpukan DVD, dan fotokopian buku "Timing For Animation" edisi ke-12 bisa kalian lihat. Suatu ketika saya pernah melihat fotokopian dari catatan-catatan yang dibentuk 'sang master animasi' Hayao Miyazaki, wacana bagaimana menciptakan animasi.
Faktanya, Jepang tetap merupakan nirwana bagi para animator. Jepang yakni salah satu dari sangat sedikit daerah di muka bumi ini, dimana dirimu akan tetap diterima di masyarakat meskipun kamu terus bermain dan mengoleksi mainan dan membaca komik sepanjang hidupmu.
Hari-Hari Kerja
Setiap pagi sekitar jam 10:00 pagi, saya mengendarai sepedaku (sekitar 10 menit) dari apartemen mungilku ke studio mungilku juga. Walaupun pada umumnya jam kerja di studio dimulai pukul 10:30 pagi, kebanyakan kreator level senior gres masuk kerja antara pukul 1 hingga 4 siang dan bekerja lembur hingga subuh.
Ada semacam semangat yang lugas di studio ini, sebab pekerjaan selalu saja ada dan terus menumpuk di meja kerjamu entah darimana datangnya. Hari kerjanya yakni dari Senin hingga Jumat dan setiap hari Sabtu dua ahad sekalinya kita harus masuk kerja. Sama dengan di Amerika, kebanyakan karyawan di sini sangat berdedikasi pada pekerjaannya dan seringkali orang-orang akan bekerja 12-14 jam per hari, dan seringkali ketiduran di meja kerjanya.
Proses Produksi Animasi
Ruang kerja animation director di Production I.G
Sama halnya dengan di Barat, sekali sebuah konsep telah ditetapkan, segeralah dimulai riset besar-besaran. Pada waktu ini, sang director dan staff kreatif pada dasarnya bekerja sama untuk menentukan citra dan gaya penceritaan untuk filmnya. Setelah itu, para staf tersebut berkeliling dunia mengumpulkan foto-foto tumpuan dan warta terkait dengan ceritanya. Setelah kembali dari perjalanan riset, director akan menuntaskan skrip dan menciptakan storyboard (=ekonte dalam bahasa Jepang) untuk keseluruhan film (biasanya memerlukan waktu sebulan penuh).
Setelah semua storyboard selesai dibuat, sang director akan menambahkan beberapa catatan, dan memperkirakan jumlah frame per shot (fps) yang diperlukan. Mulai titik ini, sang director sanggup menentukan untuk membuatnya dalam animasi sederhana, namun itu tidak dipandang sebagai hal penting pada masa produksi. Pada masa inilah para desainer karakter, mekanik, senjata, dan layout mulai bekerja dengan mengacu pada hasil riset dan input dari sang director. Selanjutnya, desain final yang sudah disetujui diserahkan kepada para staf animasi 2D dan 3D, dan dimulailah proses produksi inti.
Setelah animasi untuk beberapa shots disetujui, kemudian prosesnya berlanjut ke tahap digital inking & painting. Setelah pewarnaan sudah ditambahkan, shots tersebut akan harus menjalani banyak sekali perbaikan dan penyesuaian. Setelah animasi final telah disetujui, selanjutnya menuju ke tahap post-production dimana musik, sound effect, dan rekaman bunyi ditambahkan ke dalam filmnya. 

Di Jepang, penghargaan tinggi diberikan kepada sang director yang mempunyai efek besar di semua dan setiap pengambilan keputusan kreatif finalnya.

Produksi Komputer Grafis (CG) di Jepang

Di Jepang, produksi animasi yang memakai komputer biasanya di serahkan kepada tim CG creators yang pada umumnya bertanggung jawab di semua aspek pengambilan gambar dari awal hingga akhir. Sebagai tambahan, software yang sudah disediakan semenjak awal biasanya digunakan, dan dilengkapi dengan paket software menyerupai Lightwave dan 3D Studio Max. 

Jika kebanyakan studio animasi di Barat membagi kiprah di antara para tim seorang mahir ini dengan model berjejer garis lini, Jepang biasanya punya banyak orang yang ditugaskan untuk banyak tipe pekerjaan yang berbeda (baca: seorang mahir yang generalis). Misalnya, walaupun saya aslinya yakni technical animator di Production I.G., saya telah mengerjakan banyak tipe pekerjaan yang jauh berbeda dari aslinya. Misalnya, mengedit animasi, mendesain webpage, membantu proyek internasional, dan dokumentasi potongan produksi. Aku pikir alasan dari generalisasi pekerjaan ini yakni hasil dari keharusan bekerja di bawah tekanan kebijakan budget yang sangat ketat.
Jejeran meja kerja para animator di Production I.G.
Kondisi Perekonomian Animasi di Jepang
Mungkin salah satu pembeda yang paling kentara yang bisa kusadari antara Jepang dan Amerika adalah, bahwa industri animasi Jepang terutama yang berbasis/format bioskop/movie tidak bergelimang dengan uang; miskin kapital.

Budget untuk film animasi jenis itu dimana-mana sekitar minimal US$1 Juta hingga US15 Juta paling tinggi. Jauh berbeda dengan Amerika, dimana investasi per film animasinya bisa mencapai 10-20 kali lipat Jepang ini. Budget yang rendah ini juga tercermin pada honor para karyawan animasinya. Pada dasarnya, para animator di Jepang mendapat penghasilan sekitar $15.000 - 20.000 per tahunnya.

Pengalaman hidup di Jepang dan bekerja di Production I.G. telah menjadi salah satu petualangan terhebat di hidupku. Aku sangat terinspirasi dengan semangat dan passion para kreator di Production I.G. dan mengagumi keberanian dan kegigihan mereka dalam mengambil risiko kreatif serta berani untuk mengubah persepsi kita semua wacana dunia animasi. Budaya Jepang telah mengajariku satu hal penting: Animasi bukan hanya untuk anak-anak. Entah itu 2D, 3D atau stop-motion, animasi hanyalah salah satu dari sekian banyak media penceritaan untuk bisa menggerakkan hati dan jiwa para penikmat cerita tersebut.

Tidak ada komentar

Terima Kasih sudah berkunjung...
SEMPATKAN MENGISI NAMA JIKA KOMENTAR, no spam!
Silahkan lihat seluruh konten situs ini di Daftar Isi [lengkap]
Diskusikan segala hal berbau Jepang di Forum JFANindo Register dulu ya ^_^