Halaman

    Social Items

Visit Namina Blog

Banyak buku perihal anime dan para pembuatnya telah dipublikasikan dan diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan bahasa lainnya, namun masih sedikit diantaranya yang berasal dari kalangan kritikus dan akademisi. Sehingga informasi perihal industri anime yang mengalir ke luar negeri sanggup dikatakan berkualitas rendah atau biasa saja dan tidak mempunyai nilai tambah pembelajaran. Di Jepang, yang terjadi justru sebaliknya.

Menjembatani gap yang besar tersebut, yakni sebuah buku berjudul [Japanese Animation: East Asian Perspectives], yang berbentuk kumpulan artikel-artikel dari para akademisi Jepang dan negara lain di Asia Timur, dan juga dari para animator Jepang itu sendiri. Diedit oleh Masao Yokota, seorang professor animasi dan psikologi dari Nihon University, dan Tze-yue G. Hu, seorang pakar animasi independen berbasis di Amerika.

Bermula dari sebuah panel diskusi perihal pandangan orang-orang Asia Timur terhadap animasi Jepang, pada tahun 2008 tepatnya pada ketika konferensi European Association for Japanese Studies (EAJS), buku ini termasuk ringan sebab kebanyakan isinya tergolong bebas dari jargon-jargon akademik yang sukar. Di dalamnya juga terdapat informasi-informasi perihal sejarah industri animasi Jepang dan panduan karir-karir individu di dalamnya, dimana informasi semacam ini sering dilewatkan atau tidak digubris oleh kebanyakan penulis berbahasa Inggris—mereka lebih cenderung menciptakan sesama otaku sebagai sasaran pembaca mereka ketimbang publik awam.

Untuk menambah ketertarikan para fans anime dari luar negeri terhadap buku ini, terutama mereka yang menyerap ilmu industri animasi dari artikel-artikel berbahasa Inggris semacam Wikipedia, Noboyuki Tsugata memperlihatkan rangkuman ringkas perihal perkembangan animasi Jepang semenjak film animasi pertama Jepang ditampilkan pada tahun 1917. Selain itu, Makiko Yamanashi juga memperlihatkan sebuah esai perihal sejarah korelasi kolaborasi Osamu Tezuka—selaku pionir shoujo manga—dengan para idol perempuan drama teaterikal Takarazuka. Ada juga goresan-goresan biografikal para pionir animator menyerupai Noburo Ofuji dan Kenzo Masaoka, yang dibentuk oleh Akiko Sano dan Yasushi Watanabe.

Para animator Jepang pada zaman dahulu, menyerupai yang ditegaskan oleh buku ini dan artikel-artikel lain, melaksanakan lebih dari sekedar meminjam tema dan teknik dari dunia Barat. Ofuji, dimana film-film pendek garapannya kelak akan ditayangkan pada bazar film Cannes dan Venice, memulai karirnya pada tahun 1920-an dengan teknik animasi berjulukan chiyogami--sebuah teknik animator yang memakai teknik dalam seni origami. Ketika imbas bunyi diperkenalkan dan menjadi terkenal pada tahun 1930-an, dia beralih ke style kartun yang mendekati gaya-gaya Amerika yang klasik, dengan dibumbui oleh cerita-cerita lokal dan motif-motif artistik orisinil Jepang.


Sementara itu, dalam proses pembuatan animasi Jepang bersuara untuk pertama kalinya yang berjudul "Chikara to Onna no Yo no Naka (Kekuatan dan Wanita di Masyarakat)", Masoka memakai kombinasi animasi antara belahan latar belakang ala lokal dan seluloid ala asing. Nantinya, dia memperkenalkan proses 'seluruhnya-menggunakan-seluloid' yang sangat mahal, dan membuatnya harus menutup studionya pada tahun 1935 sesudah seluruh kekayaan ayahnya habis. Mencoba bertahan dari semua itu, Masaoka memproduksi "Kumo to Tulip (Laba-Laba dan Tulip)," film animasi tahun 1942 yang sering menerima kritik sebab kurangnya unsur semangat perang, namun pada zaman setelahnya justru dianggap sebagai salah satu masterpiece animasi Jepang kala awal.

Ada banyak goresan pena perihal animasi paska PD II juga. Salah satunya yakni goresan pena dari Dong-Yeon Koh, pakar dari Korea Selatan, perihal penghargaannya terhadap salah satu karya klasik animasi Jepang Tetsuwan Atom (Astro Boy),” yang bercerita perihal robot anak pria bertenaga atom karya Osamu Tezuka, dan “Mazinger Z,” yang berasal dari komik karya Go Nagai tentang robot super dan ‘pilot’ manusianya.



Keduanya muncul di jaringan TV Korea Selatan pada tahun 1970-an, hampir satu dekade sesudah debut TV Jepang “Tetsuwan Atom” pada 1963. Koh menganalisa bahwa gaya Tezuka dalam memperlihatkan warna biru kepada protagonis dan merah kepada antagonis membantu serial ini untuk lolos dari pengawasan tubuh sensor anti-komunis pemerintah Korea Selatan yang militeristik, di samping idealisme berpengaruh Tezuka yang anti perang. Sementara itu, popularitas serial “Mazinger Z” yang lebih dahsyat dalam hal pertarungan robotnya, Koh mengutarakannya sebagai serial yang berpusat pada senjata-senjata baru, yang nantinya menjadi plamo (plastic model) dari setiap episodenya.

Buku ini juga menyertakan kenangan Ikeda pada ketika pembuatan Soratobu Yureisen (Flying Phantom Ship),” sebuah animasi tahun 1969 yang disutradarai oleh Ikeda dan diproduksi oleh Toei Animation diadaptasi dari komik karya Shotaro Ishinomori. Sebuah anime yang bercerita perihal seorang anak pria yang keluarganya tewas oleh sebuah robot raksasa yang tampaknya dikirim dari sebuah kapal hantu angkasa. Ikeda berniat memperlihatkan bahwa film ini hendak, “merefleksikan kondisi sosial pada masa-masa itu,” termasuk di dalamnya yakni konspirasi meracuni sumber daya pangan, minuman, dan lingkungan nasional, hanya demi kepentingan laba perusahaan-perusahaan kapitalis dan pertumbuhan ekonomi nasional.

Ikeda menambahkan bahwa para animator muda Toei Animation pada kala itu, termasuk di dalamnya yakni calon-calon pendiri Studio Ghibli di masa depan: Hayao Miyazaki dan Isao Takahata, cukup terpengaruh tidak hanya oleh peristiwa-peristiwa sejarah pada masa itu, namun juga oleh metode-metode para sutradara veteran semacam Tadashi Imai, Satsuo Yamamoto, Tomu Uchida dan Tomotaka Tasaka, yang bekerja pada studio yang sama.Mereka mempunyai kesempatan untuk melihat para sutradara berpengalaman mengarahkan film-film live-action mereka melalui jendela studio animasi,” tulis Ikeda.


Bagi yang tertarik membeli bukunya, silahkan ke link berikut ini.

sumber: 

Animasi Jepang Berdasarkan Perspektif Asia Timur: Sebuah Resensi Buku (2013)

JFANindo game | manga | tokusatsu | musik

Banyak buku perihal anime dan para pembuatnya telah dipublikasikan dan diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan bahasa lainnya, namun masih sedikit diantaranya yang berasal dari kalangan kritikus dan akademisi. Sehingga informasi perihal industri anime yang mengalir ke luar negeri sanggup dikatakan berkualitas rendah atau biasa saja dan tidak mempunyai nilai tambah pembelajaran. Di Jepang, yang terjadi justru sebaliknya.

Menjembatani gap yang besar tersebut, yakni sebuah buku berjudul [Japanese Animation: East Asian Perspectives], yang berbentuk kumpulan artikel-artikel dari para akademisi Jepang dan negara lain di Asia Timur, dan juga dari para animator Jepang itu sendiri. Diedit oleh Masao Yokota, seorang professor animasi dan psikologi dari Nihon University, dan Tze-yue G. Hu, seorang pakar animasi independen berbasis di Amerika.

Bermula dari sebuah panel diskusi perihal pandangan orang-orang Asia Timur terhadap animasi Jepang, pada tahun 2008 tepatnya pada ketika konferensi European Association for Japanese Studies (EAJS), buku ini termasuk ringan sebab kebanyakan isinya tergolong bebas dari jargon-jargon akademik yang sukar. Di dalamnya juga terdapat informasi-informasi perihal sejarah industri animasi Jepang dan panduan karir-karir individu di dalamnya, dimana informasi semacam ini sering dilewatkan atau tidak digubris oleh kebanyakan penulis berbahasa Inggris—mereka lebih cenderung menciptakan sesama otaku sebagai sasaran pembaca mereka ketimbang publik awam.

Untuk menambah ketertarikan para fans anime dari luar negeri terhadap buku ini, terutama mereka yang menyerap ilmu industri animasi dari artikel-artikel berbahasa Inggris semacam Wikipedia, Noboyuki Tsugata memperlihatkan rangkuman ringkas perihal perkembangan animasi Jepang semenjak film animasi pertama Jepang ditampilkan pada tahun 1917. Selain itu, Makiko Yamanashi juga memperlihatkan sebuah esai perihal sejarah korelasi kolaborasi Osamu Tezuka—selaku pionir shoujo manga—dengan para idol perempuan drama teaterikal Takarazuka. Ada juga goresan-goresan biografikal para pionir animator menyerupai Noburo Ofuji dan Kenzo Masaoka, yang dibentuk oleh Akiko Sano dan Yasushi Watanabe.

Para animator Jepang pada zaman dahulu, menyerupai yang ditegaskan oleh buku ini dan artikel-artikel lain, melaksanakan lebih dari sekedar meminjam tema dan teknik dari dunia Barat. Ofuji, dimana film-film pendek garapannya kelak akan ditayangkan pada bazar film Cannes dan Venice, memulai karirnya pada tahun 1920-an dengan teknik animasi berjulukan chiyogami--sebuah teknik animator yang memakai teknik dalam seni origami. Ketika imbas bunyi diperkenalkan dan menjadi terkenal pada tahun 1930-an, dia beralih ke style kartun yang mendekati gaya-gaya Amerika yang klasik, dengan dibumbui oleh cerita-cerita lokal dan motif-motif artistik orisinil Jepang.


Sementara itu, dalam proses pembuatan animasi Jepang bersuara untuk pertama kalinya yang berjudul "Chikara to Onna no Yo no Naka (Kekuatan dan Wanita di Masyarakat)", Masoka memakai kombinasi animasi antara belahan latar belakang ala lokal dan seluloid ala asing. Nantinya, dia memperkenalkan proses 'seluruhnya-menggunakan-seluloid' yang sangat mahal, dan membuatnya harus menutup studionya pada tahun 1935 sesudah seluruh kekayaan ayahnya habis. Mencoba bertahan dari semua itu, Masaoka memproduksi "Kumo to Tulip (Laba-Laba dan Tulip)," film animasi tahun 1942 yang sering menerima kritik sebab kurangnya unsur semangat perang, namun pada zaman setelahnya justru dianggap sebagai salah satu masterpiece animasi Jepang kala awal.

Ada banyak goresan pena perihal animasi paska PD II juga. Salah satunya yakni goresan pena dari Dong-Yeon Koh, pakar dari Korea Selatan, perihal penghargaannya terhadap salah satu karya klasik animasi Jepang Tetsuwan Atom (Astro Boy),” yang bercerita perihal robot anak pria bertenaga atom karya Osamu Tezuka, dan “Mazinger Z,” yang berasal dari komik karya Go Nagai tentang robot super dan ‘pilot’ manusianya.



Keduanya muncul di jaringan TV Korea Selatan pada tahun 1970-an, hampir satu dekade sesudah debut TV Jepang “Tetsuwan Atom” pada 1963. Koh menganalisa bahwa gaya Tezuka dalam memperlihatkan warna biru kepada protagonis dan merah kepada antagonis membantu serial ini untuk lolos dari pengawasan tubuh sensor anti-komunis pemerintah Korea Selatan yang militeristik, di samping idealisme berpengaruh Tezuka yang anti perang. Sementara itu, popularitas serial “Mazinger Z” yang lebih dahsyat dalam hal pertarungan robotnya, Koh mengutarakannya sebagai serial yang berpusat pada senjata-senjata baru, yang nantinya menjadi plamo (plastic model) dari setiap episodenya.

Buku ini juga menyertakan kenangan Ikeda pada ketika pembuatan Soratobu Yureisen (Flying Phantom Ship),” sebuah animasi tahun 1969 yang disutradarai oleh Ikeda dan diproduksi oleh Toei Animation diadaptasi dari komik karya Shotaro Ishinomori. Sebuah anime yang bercerita perihal seorang anak pria yang keluarganya tewas oleh sebuah robot raksasa yang tampaknya dikirim dari sebuah kapal hantu angkasa. Ikeda berniat memperlihatkan bahwa film ini hendak, “merefleksikan kondisi sosial pada masa-masa itu,” termasuk di dalamnya yakni konspirasi meracuni sumber daya pangan, minuman, dan lingkungan nasional, hanya demi kepentingan laba perusahaan-perusahaan kapitalis dan pertumbuhan ekonomi nasional.

Ikeda menambahkan bahwa para animator muda Toei Animation pada kala itu, termasuk di dalamnya yakni calon-calon pendiri Studio Ghibli di masa depan: Hayao Miyazaki dan Isao Takahata, cukup terpengaruh tidak hanya oleh peristiwa-peristiwa sejarah pada masa itu, namun juga oleh metode-metode para sutradara veteran semacam Tadashi Imai, Satsuo Yamamoto, Tomu Uchida dan Tomotaka Tasaka, yang bekerja pada studio yang sama.Mereka mempunyai kesempatan untuk melihat para sutradara berpengalaman mengarahkan film-film live-action mereka melalui jendela studio animasi,” tulis Ikeda.


Bagi yang tertarik membeli bukunya, silahkan ke link berikut ini.

sumber: 

Tidak ada komentar

Terima Kasih sudah berkunjung...
SEMPATKAN MENGISI NAMA JIKA KOMENTAR, no spam!
Silahkan lihat seluruh konten situs ini di Daftar Isi [lengkap]
Diskusikan segala hal berbau Jepang di Forum JFANindo Register dulu ya ^_^